Minggu, 26 Agustus 2012

Istri Sholehah

Kemarin saya dan teman-teman di Kelompok Studi Islam SMAN 33 bersilaturahim ke rumah guru-guru. Ada 3 rumah guru yang kami datangi. Pertama rumah ustad Ahyadi, guru bahasa arab dan agama Islam di sekolah. Kedua rumah Bu Een, guru sosiologi dan bunda kami yang paling ramah. Terakhir kami mendatangi rumah Pak Endang, guru agama Islam yang sudah lama pensiun dari sekolah kami. Saya hitung jumlah kami ada 21 orang, 10 ikhwan dan 11 akhwat. Kami berangkat dengan mengendarai motor dan sebagian lainnya dengan angkutan umum.

Nah di rumah ustad Ahyadi inilah kami mendapatkan banyak nasehat dan kisah-kisah menarik. Salah satunya tentang istri sholehah. Beliau bercerita bahwa nabi Ismail, anak dari nabi Ibrahim, memiliki seorang istri. Ketika itu nabi Ibrahim datang ke rumah Ismail dan istrinya. Kebetulan Ismail sedang tidak ada di rumah sehingga Ibrahim berbincang dengan menantunya tersebut. Ibrahim menanyakan kondisi keluarga mereka. Istrinya menceritakan dan mengeluarkan keluh kesahnya hidup bersama Ismail. Ia merasa serba kekurangan dalam hal ekonomi dan sebagainya. Akhirnya nabi Ibrahim berpesan kepada beliau, sampaikan kepada Ismail untuk mengganti pagar rumahnya.

Setelah nabi Ismail pulang, istrinya menyampaikan pesan nabi Ibrahim untuknya. Ismail bertanya kepada istrinya. Apakah kamu mengerti maksud pesan itu? Istrinya menjawab tidak. Ismail kemudian menjelaskan bahwa mengganti pagar rumah itu berarti menceraikan istrinya. Maka kemudian diceraikanlah istrinya itu.

Beberapa waktu kemudian Ismail menikah lagi dengan seorang wanita. Ketika Ismail sedang tidak di rumah, Ibrahim datang dan menanyakan kabar keluarga mereka kepada istri Ismail yang baru. Istrinya menceritakan bahwa walaupun hidup kekurangan tetapi ia bersyukur atas semua yang mereka miliki. Ia menceritakan hal-hal yang baik tentang kehidupan keluarganya. Akhirnya Ibrahim menitip pesan, katakan kepada suamimu Ismail agar jangan mengganti pagar rumahnya.

Ketika nabi Ismail pulang pesan itu disampaikan. Nabi Ismail bertanya kepada istrinya, apakah engkau memahami maksud pesan itu? Istrinya menjawab tidak. Ismail kemudian menjelaskan bahwa maksud dari jangan mengganti pagar rumah adalah agar ia mempertahankan istrinya dan tidak menceraikannya.

Itulah kisah yang kami dapat dari ustad Ahyadi. Setelah itu beliau memberikan banyak nasehat lain tentang pernikahan dan sebagainya.

Rabu, 15 Agustus 2012

Ada Bunglon di Rumah Saya

Sudah lama saya tidak melihat bunglon. Binatang yang mirip kadal ini punya keunikan sendiri. Ia bisa merubah warna badannya sesuai tempat yang ditempelinya. Kalau menempel di daun ia bisa berwarna hijau. Tapi kalau di kayu ia bisa tiba-tiba menjadi cokelat.

Pagi ini saya melihat binatang unik itu. Ia menempel di pohon lengkeng di rumah saya. Bukan cuma sekali ini saya m
elihatnya. Lima hari yang lalu saya juga melihatnya bersembunyi di pohon anggur yang baru saja ditanam oleh bapak saya.

Bunglon ini menarik perhatian saya bukan cuma karena keunikannya merubah warna tetapi lebih karena sudah bertahun-tahun lamanya saya tidak melihat bunglon. Terakhir mungkin ketika saya SMA. Dulu jangankan bunglon, cicak terbang saja yang kemudian saya ketahui sebagai binatang langka, berkeliaran di rumah saya. Mereka menempel di tembok belakang rumah saya dan melompat kesana kemari. Bentuknya sangat mirip cicak. Tapi mereka punya sayap berwarna kuning yang menempel di lengannya.

Bunglon itu memang masih ada. Tapi cicak terbang itu sepenuhnya sudah punah. Kepunahan itu saya yakini karena berubahnya kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Dulu pepohonan di sini sangat banyak. Tapi sekarang populasinya sudah sangat berkurang.

Jadi antara bunglon, cicak terbang, dan rumah saya itu ada ikatan yang sangat kuat. Yang karena perilaku saya dan teman-teman saya sesama manusia, hewan-hewan unik itu tersingkir bahkan punah seutuhnya.