Jumat, 13 Desember 2013

Muridku, Jangan Kau Lempar Batu Itu

Suasana jalan di depan pasar genjing jakarta timur menjadi ramai. Dua kelompok pelajar berseragam putih biru saling melempar batu. Aku yang saat itu persis sedang lewat seketika berhenti. Kulihat mereka saling menyerang. Kelompok yang satu dari arah kiri jalan, lainnya dari seberang jalan.

Aku berhenti tepat di depan mereka. Orang lain mungkin memilih untuk menghindar agar tidak terkena batu. Aku memilih diam. Melihat kejadian langsung di depanku. Nyata mata kepala sendiri. Sedih bukan main. Kenapa kamu melakukan itu, nak?

Ketika kamu melempar batu, apa yang kamu pikirkan? Apakah hanya ada musuhmu di dalamnya? Kamu berniat menyakiti mereka, membalas mereka, menyerang mereka. Lalu jika batu itu mengenai mereka, kamu gembira. Merasa hebat bisa melempar dengan baik? Merasa bangga bisa membuat mereka menjerit kesakitan?

Ketika kamu melempar batu, tidakkah terbesit orang lain di dalam pikiranmu. Bahwa bisa saja batu yang kamu lempar itu mengenai pejalan kaki, melukai ibu-ibu, memecahkan kaca mobil yang sedang melintas. Apakah itu ada dalam pikiranmu, nak?

Aku tahu, setan telah menguasaimu. Emosimu meledak-ledak. Bahkan dalam keadaan seperti itu putih pun kau anggap hitam. Terang kau anggap gelap. Semua isi dunia menjadi tidak tampak. Yang terlihat hanya dia, musuhmu.

Anakku, jangan kau lakukan itu. Muliakanlah dirimu dengan akhlak yang baik. Mereka yang kau anggap musuh itu, mereka itu saudaramu. Saudara seiman, saudara sebangsa. Cintailah mereka dengan sepenuh hatimu.

Anakku, mendekatlah kepada Tuhanmu. Maka Tuhan akan membimbingmu, menunjukimu jalan kebajikan, membuka pintu kesuksesanmu.

Anakku, jangan kau melempar batu. Tapi lemparkanlah senyuman dan keramahan. Maka hidupmu akan jauh lebih berarti.

Rabu, 11 Desember 2013

Seni Menjemput Jodoh

Kata orang, mendekati usia 25 itu masa-masa galau. Galau karena jodoh, galau karena pernikahan. Bagaimanapun, kita memang harus mempersiapkannya bukan?

Namun, tidak semua orang tahu bagaimana menyikapinya. Ada yang buru-buru nyari pacar, ada yang bikin daftar incaran, ada yang menjaga dirinya sampai ikatan suci terjalin diantara mereka. Di sini lah letak seninya. Menjemput jodoh itu butuh seni, bukan hanya umbar janji dan puisi :)

Orang yang di dalam dadanya tersimpan iman akan percaya dan yakin pada janji Allah di surah An Nuur ayat 26. "Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)." Maka seni menjemput jodoh itu mudah, PERBAIKILAH DIRIMU..

Ketika kita sibuk memperbaiki diri, itu berarti kita sedang mempersiapkan jodoh yang baik. Maka orang yang menjemput jodohnya dengan banyak mengikuti majelis ilmu dan mejelis zikir, hakikatnya sedang mengundang jodoh yang juga senang ke majelis ilmu dan majelis zikir. Orang yang senang menghafal Al Qur'an, hakikatnya sedang mengundang penghafal Qur'an untuk menjadi jodohnya. Orang yang senang melakukan kegiatan sosial, pada hakikatnya sedang mengundang sosialita untuk menjadi jodohnya.

Jika ternyata kita telah berusaha memperbaiki diri, namun jodoh yang baik itu belum juga kita dapatkan, maka bersabarlah. Allah tahu yang terbaik untuk kita. Dan Allah tidak pernah menyalahi janji..