Selasa, 13 Agustus 2013

Harga Sehelai Daun

Di sebuah rumah, terdapat pohon yang sangat rindang. Saking rindangnya, sampai-sampai cabang pohon tersebut melewati pagar dan masuk ke halaman rumah tetangga di sebelahnya. Pohon itu oleh pemiliknya sengaja dibiarkan rindang karena membuat teduh lingkungan rumahnya. Sebagai konsekuensinya, setiap pagi pemilik rumah selalu menyapu daun-daun yang berguguran dan memenuhi halaman rumahnya itu.



Suatu ketika si pemilik rumah sedang menyapu daun-daun tersebut. Ia melihat tetangganya ternyata juga sedang menyapu halaman rumahnya yang terkena imbas guguran daun. Daun-daun itu bukan hanya mengotori halaman si pemilik rumah tapi juga mengotori rumah tetangganya. Makin hari si pemilik rumah semakin merasa tidak enak kepada tetangganya. Ia tidak mau gara-gara pohon rindangnya itu tetangganya ikut kerepotan membersihkan daun-daun yang berguguran dari pohon rindangnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk memotong cabang pohon yang masuk ke pekarangan tetangganya. Setelah itu, ia merasa lega karena tetangganya tidak akan kerepotan lagi membersihkan daun-daun yang berguguran. Keesokan harinya ketika pemilik rumah sedang membersihkan halaman, ia melihat tetangganya membawa sapu dan duduk termenung di halaman rumahnya dengan wajah bersedih.

Si pemilik rumah pun bertanya, "Apa yang membuatmu bersedih?" Tetangganya menjawab, "Daun-daun yang biasanya aku sapu tiap pagi sekarang sudah tidak ada lagi." Mendengar jawaban itu si pemilik rumah pun kaget. Ia merasa seharusnya tetangganya itu senang karena tidak perlu repot-repot lagi membersihkan daun-daun tersebut. "Bukankah seharusnya kamu senang karena tidak perlu lagi membersihkan daun-daun itu?" tanya si pemilik rumah. Dengan mata berkaca-kaca tetangganya itu menjawab, "Tahukah kamu betapa aku sangat senang jika banyak daun yang mengotori halaman rumahku? Bahkan semakin banyak jumlah daunnya maka semakin senang aku dibuatnya."

Si pemilik rumah pun heran, "Kenapa bisa begitu?" Tanpa diduga tetangganya itu menjawab, "Karena setiap helai daun yang kusapu, aku selalu mengucap istighfar kepada Allah. Aku sadar bahwa aku pun hanya makhluk ciptaan-Nya yang suatu saat nanti akan layu dan mati sebagaimana daun itu mati. Dan setiap helai daun yang ku sapu itu, aku berharap Allah memberi pahala kebaikan untukku dan aku senang jika daun itu semakin banyak berarti pahala yang bisa ku dapatkan juga semakin banyak. Dan sekarang daun-daun itu sudah tidak ada lagi."

Mendengar jawaban itu si pemilik rumah pun tertegun. Ia sadar bahwa selama ini ia jarang mengingat Allah. Ia sadar bahwa selama ini ia tidak pernah mengingat mati. Dalam hatinya ia berucap, "Ya Allah, ampunilah dosa kami."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar