Kamis, 05 Juli 2012

23 Episentrum: Sebuah Catatan

Jika ada yang bertanya apa passion saya. Saya jawab pendidikan. Walaupun kuliah di program studi pendidikan matematika, saya menyadari bahwa kecintaan saya terhadap pendidikan jauh melebihi kecintaan saya terhadap matematika. Saya menemukan rasa itu sejak bergabung di Education Watch, sebuah organisasi kecil di kampus yang fokus pada pengkajian isu-isu pendidikan nasional. Dulu, saya merasa dunia pendidikan baik-baik saja, tapi di sini saya menemukan banyak keganjilan. Banyak permasalahan di dunia pendidikan yang harus segera diselesaikan.

Sebenarnya antara jalur kuliah dengan passion saya, tidak terlalu jauh penyimpangannya. Saya memang akan menjadi guru nantinya. Lebih tepatnya guru matematika. Namun saya merasa tetap saja ada yang kurang sesuai. Hal ini terkait dengan pilihan saya untuk program S2 nantinya. Terkait juga dengan pilihan karir nantinya. Apakah setia dengan matematika ataukah mengikuti keinginan hati di pendidikan?

Buku 23 Episentrum membantu menjawab semua kegelisahan itu.

Saya bertemu dengan Adenita, penulis 23 Episentrum, dalam sebuah konferensi nasional pendidik muda di Jakarta. Adenita menjadi salah satu pembicara yang tampil pada hari pertama dari rangkaian dua hari acara. Adenita mengajarkan saya akan makna sebuah passion. Tentang pentingnya menghadirkan hati dalam sebuah profesi. Adenita berkata, "Hati yang penuh cinta akan mendorong siapa pun untuk melakukan yang terbaik dalam bidang pekerjaannya. Sesuatu yang dilakukan dengan hati akan selalu menghasilkan energi yang tidak pernah mati. Profesi dibungkus cinta, lahirlah mahakarya." Saya semakin yakin akan pilihan hidup saya.

Semua kisah itu ia tuangkan dalam sebuah buku 2 in 1 berjudul 23 Episentrum. Buku yang terdiri dari novel dan suplemen. Novel adalah kisah fiksi. Sementara suplemen adalah kisah nyata. Lengkap sudah. Setelah terbawa melayang-layang dalam imajinasi novel, suplemen membawa kita kembali berpijak pada tanah. Adenita membuktikan bahwa orang-orang yang menjalani profesi atas pilihan hati yang sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakangnya, benar-benar ada dan nyata.

Novel 23 Episentrum bercerita tentang perjalanan 3 anak muda, Matari, Awan, dan Prama untuk mengejar profesi yang dicintainya. Profesi yang tidak hanya memberikan keuntungan materi namun juga kebahagiaan hati. Mereka selalu yakin akan kekuatan mimpi. Mereka yakin bahwa kebahagiaan bukanlah terletak pada banyaknya harta kekayaan, melainkan pada kepuasan hati.

Matari adalah seorang wanita yang bermimpi menjadi news anchor atau pembawa berita di sebuah stasiun televisi. Demi mengejar mimpinya ia nekat kuliah. Walaupun untuk membiayai kuliahnya itu harus utang sana utang sini. Totalnya sangat besar, dan semua itu harus ia bayar setelah lulus kuliah. Maka kehidupannya setelah kuliah adalah bekerja, dengan satu tujuan: melunasi utang. Ia pun masuk ke kondisi dilematis antara mengejar mimpinya menjadi news anchor atau mencari pekerjaan lain yang gajinya lebih besar, agar tidak terus menerus dibayangi hutang.

Awan, pria jago matematika yang bekerja sebagai pegawai bank. Namun ternyata Awan tidak merasa bahagia. Walaupun uang cukup ia merasa bankir bukan jalan hidupnya. Akhirnya ia memilih berhenti dan mengejar mimpinya menjadi tukang cerita. Membuat cerita skenario untuk sebuah film.

Ada 3 kata untuk mengungkapkan seorang Prama: kaya, baik, dan ganteng. Ia bekerja di perusahaan minyak internasional. Bolak-balik ke berbagai negara untuk mengerjakan proyek-proyek besar. Namun dalam limpahan harta yang dimilikinya, hatinya merasa sepi. Akhirnya ia melakukan perjalanan hati. Dari situ ia belajar banyak hal. Prama merasa kini hari-harinya lebih bermakna.

23 Episentrum adalah buku yang mampu menumbuhkan keyakinan bahwa mimpi harus selalu diperjuangkan. Betapa pun besarnya penolakan dari keluarga, lingkungan, bahkan keraguan pribadi, mimpi harus terus hidup dan dihidupkan. Passion harus ditemukan. Karena passion lah seseorang tahu harus melangkah ke mana. Passion yang menuntun seseorang untuk menghadirkan hati dalam tiap pekerjaannya. Karena sesungguhnya kebahagiaan terletak bukan pada materi melainkan hati.

#Selamat membaca.. :D

2 komentar:

  1. komen-komenan lewat blog yuk bang sekarang....haha

    i already commented on facebook...cool writing

    BalasHapus
  2. Boleh boleh. Kita bikin blognya rame.. hehe

    BalasHapus