Senin, 05 Desember 2011

Ambulan di Tengah Kemacetan


Di sore yang terik itu, aku sedang dalam perjalanan pulang dari kampus menuju rumah. Kudengar suara sirine yang sebenarnya cukup mengganggu telingaku. Tetapi ketika aku menyadari bahwa penyebab kebisingan ini adalah sebuah mobil ambulan, entah mengapa tiba-tiba hatiku merasa ada kesedihan yang menjalar sampai ke otakku.

Seperti hari-hari biasanya, jalan raya ibukota ketika sore hampir bisa dipastikan padat merayap, macet. Mobil, motor, semua bergegas menuju rumah dan tujuan masing-masing. Ambulan itu hanyalah satu diantara ribuan kendaraan di jalan. Dan pastinya, ambulan itupun terjebak dalam kemacetan.

Aku tidak tahu siapa yang ada di bagian belakang mobil ambulan itu. Akupun tidak tahu bagaimana kondisinya. Mungkin ia sedang sakit parah dan butuh pertolongan dokter sesegera mungkin. Atau ia jenazah yang akan dibawa ke rumah duka. Dan kemungkinan yang paling aku takutkan, bagaimana jika orang di belakang mobil ambulan itu memang telah meninggal, dikarenakan terlalu lama terjebak dalam kemacetan ibukota?

Secara teori, ketika pengguna jalan mendengar bunyi sirine ambulan atau mobil patroli, semestinya semua menepi ke jalur kiri sehingga memberi jalan kepada mobil bersirine untuk lewat di jalur kanan. Akan tetapi hal semacam itu sangat sulit dilakukan karena semua jalur disesaki motor, mobil, bus, dan lainnya.

Kemudian aku berpikir, siapakah yang akan menanggung dosa bila orang itu meninggal dalam perjalanan di tengah kemacetan? Apakah Allah membebankan semua itu kepada para pengguna jalan karena tidak berusaha tertib dan menepi ke kiri? Atau para pejabat dan pengambil kebijakan yang akan dituntut karena tidak mampu mengatasi kemacetan lalu lintas ibukota? Ataukah aku sendiri yang akan menanggung dosa ini karena tidak melakukan apapun terhadap semua kekacauan ini?

Ya Allah ampunilah dosa kami ya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar